Jumat, 24 Juli 2009

resensi novel laskar pelangi



Resensi
NOVEL LASKAR PELANGI

disusun untuk memenuhi salah satu tugas motivasi usaha

Jessica Gumulya
2009-71-013


Ini adalah kisah menarik 11 anak Belitong yang tergabung dalam "Laskar Pelangi". Mereka dengan cerdas mengajak pembaca mengikuti tamasya nostalgia masa kanak-kanak di pedalaman Belitong yang berada dalam kehidupan kontras: kaya dengan tambang timah, tapi rakyatnya tetap miskin dalam kesehariannya.

Berikutnya adalah sebuah sekolah SD sampai SMP, yang bernama Muhammadiyah, yang juga merupakan sekolah satu-satunya yang bernafaskan Islam di daerah itu. sekolah ini merupakan pilihan terakhir bagi masyarakat yang masih punya harapan dan keinginan untuk pendidikan anaknya. Hal ini karena sekolah lain biayanya tidak terjangkau oleh mereka.

Kondisi sekolah ini amat memprihatinkan, dengan bangku sekolah yang rusak sana sini, lantai tanah yang kadang digunakan juga untuk kandang kambing. atap dan dinding ruangan yang juga berlubang, Bahkan salah satu sisi sekolah sampai harus disangga dengan kayu untuk mencegah sekolah ini roboh.

dari awal sekolah ini sudah diberi peringatan dari pemilik sekolah, bahwa agar tetap dapat membuka kelas, maka jumlah siswa baru yang mendaftar, minimal 10 orang.

Ketegangan muncul karna jam sudah menunjukan pukul 11, tetapi saat itu baru 9 orang yang datang. Bapak K.A. Harfan Efendy Noor yang dipanggil dengan Pak Harfan sang kepala sekolah, dan Ibu N.A. Muslimah Hafsari atau Bu Mus sang guru sampai amat tegang menunggu murid terakhir.

Akhirnya, saat kepala sekolah sudah putus asa, dan sedang memberikan sambutan selamat datang sekaligus perpisahan untuk membubarkan sekolah, murid terakhir tampak berlari-lari untuk ikut sekolah disana. Sehingga, kuota minimal 10 orang terpenuhi.

10 orang murid tersebut adalah:

  1. Ikal, sang tokoh utama
  2. Lintang, anak sekorang nelayan, yang untuk bersekolah harus bersepeda 80 Km pulang pergi, sehingga baunya mirip bau hangus terbakar
  3. Mahar, sang seniman muda yang sejak kecil sudah menunjukkan bakatnya
  4. Sahara, satu-satunya wanita yang menjadi murid pada awal sekolah (nantinya akan ada murid berikutnya)
  5. Trapani, yang pada film ini tidak terlalu ditonjolkan
  6. Borek, yang suka mengganggu
  7. Kucai, sang ketua kelas
  8. A Kiong, satu-satunya siswa Hokian di SD itu
  9. Syahdan, yang juga tidak terlalu menonjol pada film ini
  10. Harun, anak terbelakang mental yang menjadi penyelamat SD Muhammadiyah, karena dialah yang menjadi murid ke 10 dan menyebabkan sekolah batal ditutup


keakraban mereka semakin kuat ketika semua kejadian mereka lalui bersama ,
bepetualang, mengikuti lomba 17 agustus yang di ketuai oleh Mahar, ia yang membuat konsep dan gaya untuk penampilannya di lomba tersebut, Mahar menciptakan gayanya yang gila namun sangat membuat orang-orang terkesan sehingga mereka meraih kemenangan. Dan itu adalah prestasi pertama yang mereka raih. prestasi kedua yaitu berkat kejeniusan Lintang yang meraih kejuaraan pada lomba cerdas cermat. Lintang adalah anak yang pandai dan cerdas, akan tetapi pada akhirnya ia tidak dapat lagi memperjuangkan pendidikannya karena ayahnya meninggal saat melaut, dan ia harus menggantikan ayahnya bekerja,

pada akhir-akhir cerita murit SD-SMP Muhammadiyah bertambah 1, yang bernama Flo.
Flo dan Mahar langsung saja akrab, dan sama-sama memiliki ketertarikan pada hal-hal yang bersifat “gaib.” Hal ini menyebabkan nilai-nilai mereka hancur dan terancam gagal pada ujian akhir. Namun, penyelesaian yang mereka cari rupanya tetap jauh dari akal sehat, yaitu mencoba mengunjungi seorang “dukun sakti” bernama Tuk Bayan Tula di Pulau Lanun untuk membantu menaikkan nilai ulangan mereka. Namun, pesan rahasia dari Tuk Bayan Tula yang sudah susah payah mereka cari rupanya amat jauh dari yang mereka harapkan.